Kamis, 27 November 2014

tugas jurnalistik pertama



Nama              : Kusuma wardani
Nim                 : A310120099
Kelas               : 5A
Matkul             : Profesi Jurnalistik
TOKOH PERS R. TAHER TJINDARBOEMI
R. Taher Tjindarboemi adalah seorang pemimpin redaksi dari surat kabar Soeara Oemoem di Surabaya. Karena beliau memahami psikologi sidang pembacanya, maka Soeara Oemoem lalu menjadi laris dan mempunyai banyak pelanggan. Menurut (Soebagijo:1976) Nama beliau tidak akan lepas dari pemberontakan kapal perang Belanda “De Zeven Provincian” yang dilakukan oleh matrus-matrus Belanda sendiri maupun awak kapal Indonesia, yang menyebabkan beliau mendekam di penjara selama 18 bulan. Beliau juga mendapat pengakuan sebagai Perintis Kemerdekaan. Salah satu tokoh pers pada masa awal abad 19 yaitu Dr. wahidin sudirohusodo, ia menjadi redaktur majalah retnodhoemilah Yogyakarta sejak tahun 1901, beliau juga merupakan pencetus gagasan pembentukan budi oetomo.
 Dan lahirnya budi oetomo pada tranggal 20 mei 1908 merupakan awal kebangkitan nasional, yang merangsang ide-ide modern demi pergerakan nasional, dengan tulisan-tulisanya beliau telah menghidupkan kembali semangat pergerakan nasional, maka tidak salah jika dr. wahidin sudirohusodo kita sebut sebagai salah satu tokoh pers di Indonesia. Seperti yang kita tahu surat kabar atau majalah jelas merupakan sarana komunikasi yang utama dalam menumbuhkan kesadaran nasional dan meluaskan kebangkitan nasional.
Di kota padang, seorang pria bernama Parade harap menerbitkan Koran bernama sinar merdeka, di kota padang sidempuan, Sumatra utara bagian selatan pada tahun 1919, Satu tahun sebelumnya, beliau pernah menjadi pemimpin majalah karyawan atau pegawai perkebunan bernama De cranie dengan di bantu beberapa redaktur wanita bahkan istrinya pun yang bernama setiaman ikut membantunya. Pardi hararap menulis fikiranya diatas dalam masa perang dunia I baru berakhir dan suasana politik di eropa diliputi kemelut di jerman dan rusia.
 Dari kalangan perempuan pun, pada masa ini, banyak sekali yang mengikuti jejak para lelaki, mereka tidak gentar dengan ancaman dari para colonial, salah satu tokoh pers wanita yaitu S.K. trimurti, pada tahun 1937 beliau sudah aktif menjadi seorang wartawan majalah pesat di semarang yang kemudian menjadi surat kabar harian di Yogyakarta. Sejak tahun 1972 beliau akhirnya menjadi pemimpin umum atau pimpinan redaksi majalah mawas diri di Jakarta.