NAMA : KUSUMA WARDANI | ( A310120099) |
MENGANALISIS RESENSI FILM “BALIBO TAHUN 2009” MENGHUBUNGAN DENGAN
ELEMEN JURNALISME DAN KODE ETIK
A. COVER DAN IDENTITAS FILM
Judul
: BALIBO
Sutradara
: Robert Connolly
Genre
: Thriller
Negara
: Australia
Bahasa
: Inggris dan Tetum
Durasi
: 111 menit
Tahun Rilis : 14 agustus 2009 ( Australia)
B.
CERITA FILM
Film “Balibo Five” merupakan film kontroversial di negara Indonesia,
menjadi bahan pembicaraan dan perdebatan pada beberapa diskusi atau pertemuan
yang diadakan oleh pihak-pihak yang terkait. Banyak pejabat yang menyayangkan
alur cerita film ini, bahkan ada jendral purnawirawan yang mencoba menjelaskan
dan menerangkan versi yang menurutnya benar, yang dialaminya semasa bertugas di
Timor Timur dulu, yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam film tersebut.
Film ini pada akhirnya tidak mendapat izin dari Lembaga Sensor Film (LSF). Film
“Balibo Five” menceritkan kisah tentang terbunuhnya lima wartawan Australia
yang sedang meliput berita di Timor Timur (Sekarang Timor Leste) pada tahun
1975. Film ini dirilis di Australia awal-awal tahun 2009. Pada saat perilisan
film itu, bertepatan pula ketika kepolisian Australia (AFP) berniat membuka
kembali kasus-kasus dugaan kejahatan yang terjadi di Timor Timur kala itu. Australia
beranggapan bahwa Malcolm Rennie, Greg Shackleton, Brian Peters, Tony Stewart
dan Gary Cunningham diduga dieksekusi oleh pasukan khusus TNI pada bulan
Oktober tahun 1975. Dengan maksud supaya berita-berita yang merugikan bidang
politik Indonesia yang terjadi di Timor Timur tidak tersiar ke dunia
Internasional. Pihak Indonesia sendiri setelah mengadakan penyelidikan,
menganggap bahwa para wartawan tersebut meninggal karena terjadinya baku tembak
antara TNI dengan tentara pro kemerdekaan Timor Timur. Lalu menutup kasus
tersebut sejak dulu.
C.
ANALISIS
ELEMEN JURNALISTIK
Dalam film “ BALIBO” jika dipahami berdasarkan elemen kode etik
jurnalistik sebagai berikut; Kewajiban utama jurnalisme adalah pencarian
kebenaran. Sebagai seorang wartawan kita harus selalu menjunjung kebenaran.
Dalam hal ini kebenaran secara fungsional yang tentunya sesuai dengan tugasnya
seorang wartawan. Seorang wartawan yang tidak menjunjung faktor kebenaran dalam
liputannya, tentu saja akan merugikan banyak pihak, terutama publik yang
menjadi korban dari pemberitaan itu. Belum lagi perusahaan yang menjadi
kehilangan harga diri sebagai media yang seharusnya menyampaikan kebenaran.
Kebenaran dalam jurnalisme sangat sakral maknanya. Wartawan bertanggung jawab
pada publik atas kebenaran yang disampaikannya. Jadi apapun yang terjadi
kebenaran adalah hal yang utama yang harus disampaikan oleh wartawan.
Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari
kekuasaan. Dalam memantau kekuasaan, bukan berarti wartawan menghancurkan kekuasaan.
Namun tugasnya wartawan sebagai pemantau kekuasaan yaitu turut serta dalam
penegakkan demokrasi. Salah satu dalam cara memantau ini adalah melakukan
investigatif reporting. Inilah yang sering menjadi masalah antar wartawan
dengan penguasa. Biasanya banyak penguasa yang enggan privasi tentang dirinya
dipublikasikan. Namun hal itulah yang harus diketahui oleh rakyat. Dalam
melakukan investigasi terhadap sebuah kasus, seharusnya media melakukan dengan
hati-hati. Tak seperti laporan biasanya, penelusuran narasumber benar -benar
harus teliti dan apik.